BAB V
Like summer sunhine
Elfa tak akan berhenti tersenyum mengingat apa yang telah berlalu. Saat bersama dengan angga semuanya terasa indah. Perlakuan angga yang lain dari pada cowo lain yang mendekatinya. Meskipun angga konyol, cuek, dan apa adanya, tapi semua itu tidak sedikitpun membuatnya ilfil.
Berbeda dengan cowo-cowo yang selama ini mendekatinya. Mereka berusaha membuatnya seperti sekenario, membuat segalanya sempurna, dan hasilnya hanya ada kekakuan, kebohongan, dan berlebihan.
Malam minggu yang kosong, elfa galau. Ia masih bingung terhadap perlakuan angga yang tak menentu. Malam ini angga mengajaknya keluar, ada sedikit harapan dihatinya. Mungkin saja angga akan mengungkapkan isi hatinya sekarang.
Tak lama elfa selesai berdandan, angga datang dengan motornya. Motor yang berbeda dengan motor yang biasa ia pakai.
“motor siapa ngga?” Tanya elfa ketika membuka pintu pager
“hm.. punya ade gue, motor gue lagi di bengkel” kemudian angga melihat elfa dari bawah ke atas “mau kemana neng?” ada sedikit ledekan didalamnya
“huh! Ya udah gak jadi mah!”
“yah. Gitu aja ngambek”
Elfa hanya memonyongkan mulutnya, ekspresi kesalnya. Catatan: elfa hampir terbengong-bengong melihat kenyataan yang terlihat amat kontras dengan penampilan angga. Bayangkan saja, elfa sudah rapih menggunakan pakaian yang matching naudzubillah, sedangakan angga hanya menggunakan kaos lusuh dengan celana pendek yang nggak banget menurut elfa.
“huft” elfa menghela nafasnya panjang
“napa lu?” kata angga yang aneh melihat tingkah elfa
“gak papa”
Lalu elfa manaiki motor angga, 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai tujuan. Angga membawa elfa ke suatu tempat yang tak pernah elfa kenal. Tempatnya lusuh, penjualnya sunda asli. Tampaknya angga kenal akrab sama penjualnya. Ia berbincang-bincang sebentar, kemudian memesan makanan khas di tempat itu.
“disini khusus jual kue serabi, lu mau mesen serabi apa?”
“ehm..” elfa membolak-balik menu di tangannya “gue mau serabi keju aja deh”
“mang, serabi kejunya satu, sama serabi pandan misis satu, minumnya teh poci panas dua”
“sip atuh bos” kata si pelayan dengan nada sundanya
Elfa memainkan hp-nya untuk menghilangkan sedikit geroginya. Sementara angga yang tanpa disadari elfa memperhatikan segala gerak-gerik elfa.
“kenapa ngga? Jangan di kira gue gak tau yah dari tadi lu ngeliatin gue!”
“ih, muka lu judes banget sih el” katanya memalingkan wajahnya
“so? Apa urusan lu? Muka-muka gue”
Dan angga hanya tertawa mendengar elfa yang setengah mati sewot.
“ketawa sepuas-puasnya mumpung masih gratisan”
“okeh, gue diem” angga membekap mulutnya dengan kedua tangannya
Tak lama mereka terlibat percakapan yang membuat elfa Nyaman, dan tak jarang elfa sewot karena ocehan angga yang ceplas-ceplos. Kemudian menjambak rambut angga yang sedikit gondrong, setelah itu angga akan mengaduh pura-pura kesakitan sampai elfa melepasnya.
“abisin serabinya” kata angga mengingatkan
“aduuh, udah kenyang. Bantuin dong” elfa menaruh potongan serabi ke piring angga
“dasar! Kapan gedenya lo?” ucapnya seraya memakan serabi yang elfa kasih
“any way, lu makannya cepet juga yaah.. buset dagh.. rakus lu”
“sesuai dong sama badan gue” angga meneruskan kunyahannya “gede” terusnya
“iyah, kaya monster”
“HAHAHA”
***
Jam sepuluh, elfa sudah diantar pulang oleh angga. Ketika dikamar elfa hanya senyum-senyum kaya orang gila. Adiknya yang sedari tadi memperhatikan tingkah elfa membuat kerutan di keningnya dan menaruh jari telunjuk dimiringkan kemudian diletakkan diatas keningnya.
“heh, kak. Napa lu? Kaya orang gila senyum-senyum ndiri”
“gue abis jalan dong sama angga”
“oh, yang tadi nganterin lu? Gak ganteng ah. Biasa aja”
“yey,, nyolot!” elfa melempar bantalnya tepat dimuka rasti (adiknya) “udah lu, keluar dari kamar gue, bikin mood gue jelek aja”
“busyet dagh, mestinya lu tuh baik-baik kalo lagi fallin in love” rasti balik melempar bantal kearah elfa
“hahaha. Masa sih, gue lagi fallin in love? Like summer sunshine yang melelehkan hati gue yang beku” kemudian elfa tersenyum lebar
“UWEEEK!!” rasti mual mendengar kata-kata kakaknya yang makin gak waras “makin sinting aja lu! Priksa sono ke psikiater”
“siaut lu!” elfa mulai mengamuk, sedetik kemudian rasti sudah menghilang dibalik pintu
Elfa memandang langit-langit, kemudian ia teringat cantika dan vani. Sesegera mungkin ia memencet tombol-tombol hp-nya.
“vani..” teriak elfa
Disebrang sana, vani kaget bukan main “ya ampun.. kuping gue masih normal kali el”
“sorry. Hehehe.eh, gue telfon si itik dulu yah, tunggu dulu. Jangan ditutup”
Beberapa detik kemudian elfa sudah tersambung dengan cantika.
“hai itik.. lagi ngapain?”
“lagi jalan gue sama yayang gue. Hehe”
“kak putra?” tiba-tiba vani menyambar
“vani?” Tanya cantika aneh
“iyah tik, gue mau cerita, tapi biar mulut gue gak capek, yah sekalian ajah. Hahaha” ucap elfa sekenanya
“kenapa sih, kayanya lu seneng banget?” Tanya cantika penasaran
“tau nih, tadi aja elfa sempet bikin gue pra-budek tik” adu vani pada cantika
“wooh, lebay lu van.” Elfa menghela nafasnya “gue abis jalan dong sama angga”
“WHAT!!” cantika hamper shok mendengarnya
“oh, itu. Udah jadian belom?” kata vani yang memang sudah tau kedekatan angga dan elfa
“loh, lu udah tau van?” protes cantika
“tenang tik, yang penting kan sekarang gue konfrensi pers nih. Biar para fans gue gak kacewa” timpal elfa sekenanya
“jijay..!! sok ngartis lu! Oyah, sejak kapan lu deket sama angga?”
Semua pertanyaan tetek bengek, seperti ‘gimana bisa akrab’ ‘kok bisa sama angga’ ‘kemana aja jalan sama angga’ ‘angga orangnya gimana sih?’ ‘apa yang elfa sukain dari angga’ ‘anaknya pecicilan gak sih’ ‘anaknya siapa?’ ‘bapaknya siapa?’ ‘ibunya siapa?’ ‘apa warna boxernya’ LHO? Udah mulai gak naymbung pembicaraan, elfa menyelesaikan pembicaraan dengan menyisakan banyak pertanyaan di otak kedua sohibnya. Terlebih, elfa ingat bahwa pulsanya akan segera sekarat setelah ini.
Like summer sunhine
Elfa tak akan berhenti tersenyum mengingat apa yang telah berlalu. Saat bersama dengan angga semuanya terasa indah. Perlakuan angga yang lain dari pada cowo lain yang mendekatinya. Meskipun angga konyol, cuek, dan apa adanya, tapi semua itu tidak sedikitpun membuatnya ilfil.
Berbeda dengan cowo-cowo yang selama ini mendekatinya. Mereka berusaha membuatnya seperti sekenario, membuat segalanya sempurna, dan hasilnya hanya ada kekakuan, kebohongan, dan berlebihan.
Malam minggu yang kosong, elfa galau. Ia masih bingung terhadap perlakuan angga yang tak menentu. Malam ini angga mengajaknya keluar, ada sedikit harapan dihatinya. Mungkin saja angga akan mengungkapkan isi hatinya sekarang.
Tak lama elfa selesai berdandan, angga datang dengan motornya. Motor yang berbeda dengan motor yang biasa ia pakai.
“motor siapa ngga?” Tanya elfa ketika membuka pintu pager
“hm.. punya ade gue, motor gue lagi di bengkel” kemudian angga melihat elfa dari bawah ke atas “mau kemana neng?” ada sedikit ledekan didalamnya
“huh! Ya udah gak jadi mah!”
“yah. Gitu aja ngambek”
Elfa hanya memonyongkan mulutnya, ekspresi kesalnya. Catatan: elfa hampir terbengong-bengong melihat kenyataan yang terlihat amat kontras dengan penampilan angga. Bayangkan saja, elfa sudah rapih menggunakan pakaian yang matching naudzubillah, sedangakan angga hanya menggunakan kaos lusuh dengan celana pendek yang nggak banget menurut elfa.
“huft” elfa menghela nafasnya panjang
“napa lu?” kata angga yang aneh melihat tingkah elfa
“gak papa”
Lalu elfa manaiki motor angga, 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai tujuan. Angga membawa elfa ke suatu tempat yang tak pernah elfa kenal. Tempatnya lusuh, penjualnya sunda asli. Tampaknya angga kenal akrab sama penjualnya. Ia berbincang-bincang sebentar, kemudian memesan makanan khas di tempat itu.
“disini khusus jual kue serabi, lu mau mesen serabi apa?”
“ehm..” elfa membolak-balik menu di tangannya “gue mau serabi keju aja deh”
“mang, serabi kejunya satu, sama serabi pandan misis satu, minumnya teh poci panas dua”
“sip atuh bos” kata si pelayan dengan nada sundanya
Elfa memainkan hp-nya untuk menghilangkan sedikit geroginya. Sementara angga yang tanpa disadari elfa memperhatikan segala gerak-gerik elfa.
“kenapa ngga? Jangan di kira gue gak tau yah dari tadi lu ngeliatin gue!”
“ih, muka lu judes banget sih el” katanya memalingkan wajahnya
“so? Apa urusan lu? Muka-muka gue”
Dan angga hanya tertawa mendengar elfa yang setengah mati sewot.
“ketawa sepuas-puasnya mumpung masih gratisan”
“okeh, gue diem” angga membekap mulutnya dengan kedua tangannya
Tak lama mereka terlibat percakapan yang membuat elfa Nyaman, dan tak jarang elfa sewot karena ocehan angga yang ceplas-ceplos. Kemudian menjambak rambut angga yang sedikit gondrong, setelah itu angga akan mengaduh pura-pura kesakitan sampai elfa melepasnya.
“abisin serabinya” kata angga mengingatkan
“aduuh, udah kenyang. Bantuin dong” elfa menaruh potongan serabi ke piring angga
“dasar! Kapan gedenya lo?” ucapnya seraya memakan serabi yang elfa kasih
“any way, lu makannya cepet juga yaah.. buset dagh.. rakus lu”
“sesuai dong sama badan gue” angga meneruskan kunyahannya “gede” terusnya
“iyah, kaya monster”
“HAHAHA”
***
Jam sepuluh, elfa sudah diantar pulang oleh angga. Ketika dikamar elfa hanya senyum-senyum kaya orang gila. Adiknya yang sedari tadi memperhatikan tingkah elfa membuat kerutan di keningnya dan menaruh jari telunjuk dimiringkan kemudian diletakkan diatas keningnya.
“heh, kak. Napa lu? Kaya orang gila senyum-senyum ndiri”
“gue abis jalan dong sama angga”
“oh, yang tadi nganterin lu? Gak ganteng ah. Biasa aja”
“yey,, nyolot!” elfa melempar bantalnya tepat dimuka rasti (adiknya) “udah lu, keluar dari kamar gue, bikin mood gue jelek aja”
“busyet dagh, mestinya lu tuh baik-baik kalo lagi fallin in love” rasti balik melempar bantal kearah elfa
“hahaha. Masa sih, gue lagi fallin in love? Like summer sunshine yang melelehkan hati gue yang beku” kemudian elfa tersenyum lebar
“UWEEEK!!” rasti mual mendengar kata-kata kakaknya yang makin gak waras “makin sinting aja lu! Priksa sono ke psikiater”
“siaut lu!” elfa mulai mengamuk, sedetik kemudian rasti sudah menghilang dibalik pintu
Elfa memandang langit-langit, kemudian ia teringat cantika dan vani. Sesegera mungkin ia memencet tombol-tombol hp-nya.
“vani..” teriak elfa
Disebrang sana, vani kaget bukan main “ya ampun.. kuping gue masih normal kali el”
“sorry. Hehehe.eh, gue telfon si itik dulu yah, tunggu dulu. Jangan ditutup”
Beberapa detik kemudian elfa sudah tersambung dengan cantika.
“hai itik.. lagi ngapain?”
“lagi jalan gue sama yayang gue. Hehe”
“kak putra?” tiba-tiba vani menyambar
“vani?” Tanya cantika aneh
“iyah tik, gue mau cerita, tapi biar mulut gue gak capek, yah sekalian ajah. Hahaha” ucap elfa sekenanya
“kenapa sih, kayanya lu seneng banget?” Tanya cantika penasaran
“tau nih, tadi aja elfa sempet bikin gue pra-budek tik” adu vani pada cantika
“wooh, lebay lu van.” Elfa menghela nafasnya “gue abis jalan dong sama angga”
“WHAT!!” cantika hamper shok mendengarnya
“oh, itu. Udah jadian belom?” kata vani yang memang sudah tau kedekatan angga dan elfa
“loh, lu udah tau van?” protes cantika
“tenang tik, yang penting kan sekarang gue konfrensi pers nih. Biar para fans gue gak kacewa” timpal elfa sekenanya
“jijay..!! sok ngartis lu! Oyah, sejak kapan lu deket sama angga?”
Semua pertanyaan tetek bengek, seperti ‘gimana bisa akrab’ ‘kok bisa sama angga’ ‘kemana aja jalan sama angga’ ‘angga orangnya gimana sih?’ ‘apa yang elfa sukain dari angga’ ‘anaknya pecicilan gak sih’ ‘anaknya siapa?’ ‘bapaknya siapa?’ ‘ibunya siapa?’ ‘apa warna boxernya’ LHO? Udah mulai gak naymbung pembicaraan, elfa menyelesaikan pembicaraan dengan menyisakan banyak pertanyaan di otak kedua sohibnya. Terlebih, elfa ingat bahwa pulsanya akan segera sekarat setelah ini.
Komentar
Posting Komentar